Mukjizat Nol Anggaran: Konser Amal Internasional “100 CTFP” Siap Guncang Jakarta, Satukan Bintang Hollywood dan Komunitas Difabel
Radar-Nusantara | Jakarta – Maria Monique Last Wish Foundation (MMLWF) akan mencetak sejarah baru di Indonesia dengan menggelar konser amal internasional bertajuk “100 Celebrities Talk for Para Athletes (100 CTFP)” pada 31 Januari 2026. Konser ini menarik perhatian global bukan hanya karena skala internasionalnya, tetapi karena konsep penyelenggaraannya yang revolusioner: zero budget (nol anggaran), tanpa penjualan tiket, dan digerakkan murni oleh donasi non-tunai (in-kind donation) dan kerelawanan.
Model Konser Berbasis Charity Murni
Konser 100 CTFP mematahkan logika bisnis hiburan. Pendiri MMLWF, Natalia Tjahja, menegaskan bahwa seluruh biaya operasional, mulai dari ballroom, sistem suara, pencahayaan, hingga tiket penerbangan artis internasional, ditanggung melalui donasi sukarela.
Keunikan Konsep Nol Anggaran:
- Donasi Aset Utama: Five Star Sari Pacific Hotel Jakarta menyumbangkan ballroom-nya secara cuma-cuma sebagai venue utama.
- Talenta Tanpa Honor: Seluruh musisi dan penyanyi, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, tampil tanpa dibayar.
- Dukungan Logistik Maskapai: Maskapai Starlux Airlines memberikan dukungan krusial dengan menyediakan tiket penerbangan gratis bagi artis dari Amerika Serikat dan Taiwan, menyelesaikan tantangan logistik terberat dalam mendatangkan talenta internasional.
Natalia Tjahja menyebut fenomena ini sebagai “mukjizat,” yang terlahir dari semangat kasih dan kepedulian. Kesuksesan menggalang dukungan sebesar ini akan diajukan ke Guinness World Records dan MURI sebagai pengakuan atas konser amal dengan anggaran nol pertama yang melibatkan kolaborasi internasional.
Kekuatan jaringan MMLWF berhasil menarik perhatian figur-figur penting di kancah musik dan film dunia. Maestro musik Indonesia, Dwiki Dharmawan, yang telah lama berkolaborasi dengan Natalia Tjahja, menjadi salah satu pendukung utama. Keduanya dikenal melalui karya-karya musik kemanusiaan global seperti “Anthem Asian Paralympic Committee” yang diakui 45 negara Asia.
Dari Hollywood, pasangan seniman Jahna (peraih Golden Buzzer di America’s Got Talent dengan suara khas mirip Gloria Estefan) dan Michael (pembuat film legendaris yang terlibat dalam ribuan film besar seperti The Matrix dan Tulsa King) telah memastikan kehadiran mereka tanpa menerima honor. Kisah haru tentang rumah Jahna yang terbakar namun tidak menyurutkan semangatnya untuk tampil menjadi simbol dedikasi para relawan internasional.
Selain itu, penyanyi muda Taiwan, Grace, dan calon penyanyi remaja “angel voice” dari Thailand (keturunan Raja Rama IV) juga dijadwalkan turut serta, menunjukkan spektrum kolaborasi yang sangat luas.
Fokus utama 100 CTFP adalah mengumpulkan donasi non-tunai dan meningkatkan kesadaran publik bagi para atlet difabel (Para Athletes) di seluruh dunia. Target ini sejalan dengan apresiasi yang ditunjukkan oleh Andrew Parsons, Presiden International Paralympic Committee (IPC), yang bahkan meminta timnya untuk mengarsipkan seluruh liputan media terkait konser ini.
Dukungan kuat juga datang dari ASEAN melalui Mayor Jenderal Wandee Tosuwan (Sekjen ASEAN Para Sports Federation), yang turut hadir dalam peluncuran acara. Natalian Tjahja juga mengutip pesan inspiratif dari Gusti Bhre untuk para atlet difabel di negara-negara ASEAN.
Prioritas Tamu Istimewa:
Konser ini tidak menjual tiket. Undangan diberikan kepada para donatur berhati dermawan. Namun, komitmen kemanusiaan MMLWF ditunjukkan dengan menyediakan 100 hingga 200 kursi khusus bagi penyandang disabilitas, anak yatim, dan pasien penyakit kronis. Mereka adalah tamu istimewa yang menjadi prioritas utama.
Selain itu, dukungan juga datang dari dunia seni rupa global, di mana pelukis Jepang Maki—yang karyanya pernah disandingkan dengan maestro seperti Renoir dan Monet di Le Salon Paris—menyumbangkan dua lukisan untuk dilelang, menambah dimensi penggalangan dana di acara tersebut.
Dengan dukungan Kerajaan Bhutan dan figur inspiratif seperti Deepa Malik dari India, Konser 100 CTFP di Jakarta diharapkan menjadi titik temu antara seni, kemanusiaan, dan gerakan dukungan global terhadap komunitas difabel.
(Reporter:Sedney)
